Pages

Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Kamis, 22 Juli 2010

Masa Depan Bumi Saat Matahari Berevolusi



Perubahan iklim dan pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini  menjadi salah satu efek yang sangat signifikan dalam perubahan  kondisi Bumi selama beberapa dekade dan abad ke depan. Namun,  bagaimana dengan nasib Bumi jika terjadi pemanasan bertahap saat  Matahari menuju masa akhir hidupnya sebagai bintang katai putih?  Akankah Bumi bertahan, ataukah masa tersebut akan menjadi  masa akhir kehidupan Bumi?
Milyaran tahun lagi, Matahari akan mengembang menjadi bintang  raksasa merah. Saat itu, ia akan membesar dan menelan orbit  Bumi. Akankah Bumi ditelan oleh Matahari seperti halnya Venus  dan Merkurius? Pertanyaan ini telah menjadi diskusi panjang di  kalangan astronom. Akankah kehidupan di Bumi tetap ada saat  matahari menjadi Katai Putih?
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan K.-P. Schr¨oder dan Robert  Connon Smith, ketika Matahari menjadi bintang raksasa merah,  ekuatornya bahkan sudah melebihi jarak Mars. Dengan demikian,  seluruh planet dalam di Tata Surya akan ditelan olehnya. Akan tiba  saatnya ketika peningkatan fluks Matahari juga meningkatkan  temperatur rata-rata di Bumi sampai pada level yang tidak  memungkinkan mekanisme biologi dan mekanisme lainnya tahan  terhadap kondisi tersebut.
Saat Matahari memasuki tahap akhir evolusi kehidupannya, ia akan  mengalami kehilangan massa yang besar melalui angin bintang.  Dan saat Matahari bertumbuh (membesar dalam ukuran), ia akan  kehilangan massa sehingga planet-planet yang mengitarinya  bergerak spiral keluar. Lagi-lagi pertanyaannya bagaimana dengan  Bumi? Akankah Matahari yang sedang mengembang itu mengambil  alih planet-planet yang bergerak spiral, atau akankah Bumi dan  bahkan Venus bisa lolos dari cengkeramannya?
Perhitungan yang dilakukan oleh K.-P Schroder dan Robert Cannon  Smith menunjukan, saat Matahari menjadi bintang raksasa merah di  usianya yang ke 7,59 milyar tahun, ia akan mulai mengalami  kehilangan massa. Matahari pada saat itu akan mengembang dan  memiliki radius 256 kali radiusnya saat ini dan massanya akan  tereduksi sampai 67% dari massanya sekarang. Saat mengembang,  Matahari akan menyapu Tata Surya bagian dalam dengan sangat  cepat, hanya dalam 5 juta tahun. Setelah itu ia akan langsung  masuk pada tahap pembakaran helium yang juga akan berlangsung  dengan sangat cepat, hanya sekitar 130 juta tahun. Matahari akan  terus membesar melampaui orbit Merkurius dan kemudian Venus.  Nah, pada saat Matahari akan mendekati Bumi, ia akan kehilangan  massa 4.9 x 1020 ton setiap tahunnya (setara dengan 8% massa  Bumi).
Setelah mencapai tahap akhir sebagai raksasa merah, Matahari  akan menghamburkan selubungnya dan inti Matahari akan  menyusut menjadi objek seukuran Bumi yang mengandung  setengah massa yang pernah dimiliki Matahari. Saat itu, Matahari  sudah menjadi bintang katai putih. Bintang kompak ini pada awalnya  sangat panas dengan temperatur lebih dari 100 ribu derajat namun  tanpa energi nuklir, dan ia akan mendingin dengan berlalunya waktu  seiring dengan sisa planet dan asteroid yang masih mengelilinginya.

Zona Habitasi yang Baru
Saat ini Bumi berada di dalam zona habitasi / layak huni dalam Tata  Surya. Zona layak huni atau habitasi merupakan area di dekat  bintang di mana planet yang berada di situ memiliki air berbentuk  cair di permukaannya dengan temperatur rata-rata yang mendukung  adanya kehidupan. Dalam perhitungan yang dilakukan Schroder dan  Smith, temperatur planet tersebut bisa menjadi sangat ekstrim dan  tidak nyaman untuk kehidupan, namun syarat utama zona  habitasinya adalah keberadaan air yang cair.
Tak dapat dipungkiri, saat Matahari jadi Raksasa Merah, zona  habitasi akan lenyap dengan cepat. Saat Matahari melampaui orbit  Bumi dalam beberapa juta tahun, ia akan menguapkan lautan di  Bumi dan radiasi Matahari akan memusnahkan hidrogen dari air.  Saat itu Bumi tidak lagi memiliki lautan. Tetapi, suatu saat nanti, ia  akan mencair kembali. Nah saat Bumi tidak lagi berada dalam area  habitasi, lantas bagaimana dengan kehidupan di dalamnya?  Akankah mereka bertahan atau mungkin beradaptasi dengan kondisi  yang baru tersebut? Atau itulah akhir dari perjalanan kehidupan di  planet Bumi?
Yang menarik, meskipun Bumi tak lagi berada dalam zona habitasi,  planet-planet lain di luar Bumi akan masuk dalam zona habitasi baru  milik Matahari dan mereka akan berubah menjadi planet layak huni.  Zona habitasi yang baru dari Matahari akan berada pada kisaran  49,4 SA – 71,4 SA. Ini berarti areanya akan meliputi juga area  Sabuk Kuiper, dan dunia es yang ada disana saat ini akan meleleh.  Dengan demikian objek-objek disekitar Pluto yang tadinya  mengandung es sekarang justru memiliki air dalam bentuk cairan  yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan. Bahkan bisa jadi Eris  akan menumbuhkan kehidupan baru dan menjadi rumah yang baru  bagi kehidupan.

Bagaimana dengan Bumi?
Apakah ini akhir perjalanan planet Bumi? Ataukah Bumi akan  selamat? Berdasarkan perhitungan Schroder dan Smith Bumi tidak  akan bisa menyelamatkan diri. Bahkan meskipun Bumi memperluas  orbitnya 50% dari orbit yang sekarang ia tetap tidak memiliki pluang  untuk selamat. Matahari yang sedang mengembang akan menelan  Bumi sebelum ia mencapai batas akhir masa sebagai raksasa  merah. Setelah menelan Bumi, Matahari akan mengembang 0,25  SA lagi dan masih memiliki waktu 500 ribu tahun untuk terus  bertumbuh.
Saat Bumi ditelan, ia akan masuk ke dalam atmosfer Matahari.  Pada saat itu Bumi akan mengalami tabrakan dengan partikel- partikel gas. Orbitnya akan menyusut dan ia akan bergerak spiral  kedalam. Itulah akhir dari kisah perjalanan Bumi.
Sedikit berandai-andai, bagaimana menyelamatkan Bumi? Jika  Bumi berada pada jarak 1.15 SA (saat ini 1 SA) maka ia akan dapat  selamat dari fasa pengembangan Matahari tersebut. Nah bagaimana  bisa membawa Bumi ke posisi itu?? Meskipun terlihat seperti kisah  fiksi ilmiah, namun Schroder dan Smith menyarankan agar teknologi  masa depan dapat mencari cara untuk menambah kecepatan Bumi  agar bisa bergerak spiral keluar dari Matahari menuju titik selamat  tersebut.
Yang menarik untuk dikaji adalah, umat manusia seringkali gemar  berbicara tentang masa depan Bumi milyaran tahun ke depan,  padahal di depan mata, kerusakan itu sudah mulai terjadi. Bumi  saat ini sudah mengalami kerusakan awal akibat ulah manusia, dan  hal ini akan terus terjadi. Bisa jadi akhir perjalanan Bumi bukan  disebabkan oleh evolusi matahari, tapi oleh ulah manusia itu sendiri.  Tapi bisa jadi juga manusia akan menemukan caranya sendiri untuk  lolos dari situasi terburuk yang akan dihadapi.

Sumber : Arxiv : Distant future of the Sun and Earth revisited

0 komentar:

Posting Komentar

Share |